Selasa, 05 Juni 2012

Teori Pembelajaran Skiner

Skinner mengembangkan filsafat ilmiah sebagai radical behaviorism. Teori belajar behavioristik ini menggunakan istilah seperti dorongan, motivasi dan tujuan untuk menjelaskan aspek tertentu dari perilaku manusia dan nonmanusia. Menurut Skinner aspek yang diamati dan diukur dari lingkungan, perilaku organisme dan dari konsekuensi perilaku itulah yang merupakan materi penting untuk penelitian ilmiah.

Anak Berbakat

Secara umum anak berbakat diartikan sebagai anak yang memiliki tingkatan IQ tinggi dan memiliki keterampilan tertentu. Menurut definisi yang dikemukakan Joseph Renzulli (1978), anak berbakat memiliki pengertian, “Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas dan kreativitas yang tinggi.

Review Jurnal Kondisi Psikologis Siswa dalam Menghadapi UN

Latar Belakang dan Tujuan Penulis
Ujian nasional merupakan standar pengukuran sebuah pengakuan predikat kelulusan setiap jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Hal ini diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 63 ayat (1) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

Minggu, 03 Juni 2012

TERAPI KONSELING REALITAS

TERAPI REALITAS 1 PENGANTAR Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengonfrontasikan klien dengan cara yang bisa membantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Glasser mengembangkan terapi realitas dari keyakinannya bahwa psikiatri konvensional sebagaian besar berlandaskan asumsi yang keliru. 2 KONSEP-KONSEP UTAMA 1. Pandangan tentang Sifat Manusia Menurut terapi realitas, akan sangat berguna apabila menganggap identitas dalam pengertian “identitas keberhasilan” lawan “identitas kegagalan”. Menurut Glasser (1965, hlm. 9), basis dari terapi realitas adalah membantu para klien dalam memenuhu kebutuhan dasar psikologisnya, yang mencakup “kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain”. 2. Ciri-ciri Terapi Realitas Ada delapan ciri yang menentukan terapi realitas sebagai berikut. 1. Terapi realitas menolak konsep tentang penyakit mental. 2. Terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada perasaan-perasaan dan sikap-sikap. 3. Terapi realitas berfokus kepada saat sekarang, bukan pada masa lampau. 4. Terapi realitas menekankan pertimbangan nilai. 5. Terapi realitas tidak menekankan transferensi. 6. Terapi realitas menekankan aspek kesadaran, bukan aspek ketidaksadaran. 7. Terapi realitas menghapus hukuman. 8. Terapi realitas menekankan tanggung jawab 3 PROSES TERAPEUTIK 1. Tujuan-tujuan Terapeutik Glasser dan Zunin (1973) menekankan bahwa kriteria psikoterapi yang berhasil sangat bergantung pada tujuan yang ditentukan klien. Kriteria pencapaian tingkah laku yang bertanggung jawab dan pemenuhan tujuan klien menunjukkan bahwa klien mampu melaksanakan rencana secara mandiri dan tidak perlu treatment. 2. Fungsi dan Peran Terapis Terapis diharapkan memberikan pujian apabila para klien bertindak dengan cara yang bertanggung jawab dan menunjukkan ketidak setujuan apabila mereka tidak bertindak demikian. Fungsi penting lainnya adalah memasang batas, mencakup batas dalam situasi terapeutik dan batas yang ditempatkan oleh kehidupan seseorang. 3. Pengalaman Konseli dalam Terapi Klien dalam terapi realitas bukan orang yang telah belajar menjalani hidup secara bertanggung jawab, melainkan termasuk orang yang tidak bertanggung jawab. Setelah para klien membuat penilaian tertentu tentang tingkah lakuknya sendiri serta memutuskan bahwa mereka ingin berubah, mereka diharapkan membuat rencana yang spesifik guna mengubah tingkah laku yang gagal menjadi tingkah laku yang berhasil. 4. Hubungan antara Terapis dan Klien Menurut Glasser (1965,1969) serta Glasser dan zunin (1973) antara lain: 1. Terapi realitas berlandaskan hubungan atau keterlibatan pribadi antara terapis dan klien. 2. Perencanaan adalah hal yang esensial dalam terapi realitas. 3. Komitmen adalah kunci utama terapi realitas. 4. Terapi realitas tidak menerima dalih 4 PENERAPAN: TEKNIK-TEKNIK DAN PROSEDUR-PROSEDUR TERAPEUTIK 1. Teknik-teknik dan Prosedur-prosedur Utama Terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut: 1. Terlibat dalam permainan peran dengan klien; 2. Humoris; 3. Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun; 4. Membantu klien dalam merumuskan rencana yang spesifik bagi tindakan; 5. Bertindak sebagai model atau guru; 6. Memasang batas dan menyusun situasi terapi; 7. Menggunakan “terapi kejutan verbal”; 8. Melibatkan diri dengan klien dalam upaya mencari kehidupan yang lebih efektif; Penerapan pada Situasi-situasi Konseling Glasser dan zunin (1973, hlm. 307) bahwa teknik terapi realitas bisa diterapkan pada lingkup masalah behavioral dan emosional yang luas. Terapi realitas cocok untuk digunakan dalam terapi individual, kelompok, dan konseling perkawinan. Penerapan di Sekolah Glasser (1969) bahwa pendidikan bisa menjadi kunci pergaulan manusia yang efektif. Ia mengemukakan sebuah program untuk menghapus kegagalan, menitik beratkan pemikiran ketimbang kerja mengingat, memperkenalkan relevansi ke dalam kurikulum, mengganti hukuman dengan disiplin, menciptakan suatu lingkungan belajar dimana anak-anak bisa memaksimalkan pengalaman yang berhasil yang akan menuju pada identitas keberhasilan, menciptakan motivasi dan keterlibatan, membantu para siswa dalam mengembangkan tingkah laku yang bertanggung jawab dan membentuk cara untuk melibatkan orang tua dan masyarakat dengan sekolah.

TERAPI RASIONAL – EMOTIF

TERAPI RASIONAL – EMOTIF 1 PENGANTAR Terapi rasional-emotif (TRE) dikembangkan oleh Albert Ellis, TRE terpisah secara radikal dari beberapa sistem lain yang disajikan yakni, pendekatan psikoanalitik, eksistensial-humanistik, client centered dan Gestalt. TRE banyak kesamaannya dengan terapi-terapi yang berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan dalam arti menitik beratkan berpikir, menilai, memutuskan, menganalisis dan bertindak. TRE sangat didaktik dan sangat direktif serta lebih banyak berurusan dengan dimensi pikiran daripada dimensi perasaan. 2 KONSEP-KONSEP UTAMA 1. Pandangan tentang Sifat Manusia TRE adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. TRE menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan pribadi dan masyarakatnya. TRE menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara simultan. Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifuik. 2. TRE dan Teori Kepribadian TRE menekankan bahwa menyalahkan adalah inti sebagaian besar gangguan emosional. Oleh karena itu, jika kita ingin menyembuhkan orang yang neurotik atau psikotik, kita harus menghentikan penyalahan diri dan penyalahan terhadap orang lain yang ada pada orang tersebut. Ellis (1967, hlm.48), berpendapat sebagai berikut: 1. Gagasan bahwa sangat perlu bagi orang dewasa untuk dicintai atau disetujui oleh setiap orang yang berarti di masyarakatnya. 2. Gagasan bahwa seseorang harus benar-benar kompeten, layak dan berprestasi dalam segala hal jika seseorang itu menginginkan dirinya dihormati. 3. Gagasan bahwa orang-orang tertentu buruk, keji atau jahat dan harus dikutuk dan dihukum atas kejahatannya. 4. Gagasan bahwa lebih mudah menghindari daripada menghadapi kesulitan hidup dan tanggung jawab pribadi. 5. Gagasan bahwa merupakan bencana yang mengerikan apabila hal-hal menjadi tidak seperti yang diharapkan. 6. Gagasan bahwa ketidakbahagiaan manusia terjadi oleh penyebab-penyebab dari luar dan bahwa orang-orang hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan ksusahan dan gangguannya. 7. Gagasan bahwa masa lampau adalah diteminan yang terpenting dari tingkah laku seseorang sekarang dan bahwa karena dulu sesuatu pernah mempengaruhi kehidupan seseorang maka sesuatu itu sekarang memiliki efek yang sama. 3. Teori A-B-C tentang Kepribadian Teori A-B-C tentang Kepribadian sangat penting bagi teori dan praktek TRE. A adalah keberadaan suatu fakta, peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang. C adalah konsekuensi atau reaksi emosional seseorang, reaksi ini bisa layak dan bisa pula tidak layak. A (peristiwa yang mengaktifkan) bukan penyebab timbulnya C (konsekuensi emosional). Alih-alih B yaitu keyakinan individu tentang A yang menjadi penyebab C yakni reaksi emosional. Setelah A-B-C menyusul D membahas bahwa pada dasarnya D adalah penerapan metode ilmiah untuk membantu para konseling menantang keyakinan yang irasional yang telah mengakibatkan gangguan emosi dan tingkah laku. Karena prinsip-prinsip logika bisa diajarkan, prinsip-prinsip ini bisa digunakan untuk menghancurkan hipotesis yang tidak realistis dan tidak bisa diuji kebenarannya. Metode logikoempris ini bisa membantu para konseling menyingkirkan ideologi yang merusak diri. 3 PROSES TERAPEUTIK 1. Tujuan-Tujuan Terapeutik Proses terapeutik terdiri atas penyembuhan irasionalitas dengan rasionalitas karena individu pada dasarnya adalah makhluk rasional dan karena sumber kebahagiaannya adalah irasionalitas maka individu bisa mencapai kebahagiaan dengan belajar berpikir rasional. Proses terapi karenannya sebagaian besar adalah proses belajar mengajar. 2. Fungsi dan Peran Terapis Terapis menunjukkan kepada klien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinan irasionalnya menunjukkan bagaimana klien mengembangkan nilai dan sikapnya dan menunjukkan secara kognitif bahwa klient telah memasukkan banyak “keharusan”,”sebaiknya” dan “semestinya” Ellis (1973a, hlm. 185) memberikan suatu gambaran tentang apa yang dilakukan oleh praktek TRE: (1)mengajak klien berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku, (2) menantang klien untuk menguji gagasannya, (3)menunjukkan kepada klien ketidaklogisan pemikirannya (4)menggunakan analisis logika untuk meminimalkan keyakinan irasional klien (5)menunjukkan bahwa keyakinan itu tidak ada gunanya dan bagaimana keyakinan akan menimbulkan gangguan emosional dan tingkah laku di masa depan (6)menggunakan absurditas dan humor untuk menghadapi irasionalitas pikiran klien (7)menerangkan gagasan irasional dapat diganti rasional yang memiliki landasan empiris (8)mengajari klien bagaimana menggunakan pendekatan ilmiah pada cara berpikir sehingga klien bisa mengamati dan meminimalkan gagasan yang irasional dan kesimpulan yang tidak logis sekarang maupun masa datang yang telah mengekalkan cara-cara merasa dan berprilaku yang merusak diri 3. Pengalaman Konseli dalam Terapi Umumnya peran klien dalam TRE mirip seorang siswa atau pelajar. Psikoterapi dipandang sebagai proses reedukatif dimana klien belajar menerapkan pikiran logis pada pemecahan masalah Proses Terapeutik difokuskan pada pengalaman klien pada saat sekarang. Pengalaman utama klien dalam TRE adalah mencapai pemahaman. TRE mengungkapkan tiga taraf pemahaman.Taraf pertama, klien menjadi sadar bahwa ada antesenden tertentu yang menyebabkan dia takut, pada Taraf pemahaman kedua,klien mengakui, mempercayai dan mengulang-ngulang, keyakinan irasional yang telah diterimanya. Taraf pemahaman ketiga terdiri atas penerimaan klien bahwa dia tidak akan membaik, juga tidak akan berubah secara berarti kecuali jika dia berusaha sungguh-sungguh dan berbuat untuk mengubah keyakinan irasionalnya dengan benar, melakukan hal yang bersifat kontropropaganda. 4. Hubungan antara Terapis dan Konseli Menurut Ellis (1973a, hlm. 196), para pempraktek rasional-emotif cenderung tampil informal dan menjadi dirinya sendiri. Mereka sangat aktif dan direktif serta sering memberikan pandangannya sendiri tanpa ragu. TRE menekankan toleransi penuh dan penghormatan positif tanpa syarat dari terapis terhadap kepribadian klien dalam arti terapis menghindari sikap menyalahkan klien. Terapis secara sinambung menerima klien sebagai manusia yang pantas dihormati, karena keberadaannya, dan bukan karena apa yang dicapainya. 4 PENERAPAN: TEKNIK-TEKNIK DAN PROSEDUR-PROSEDUR TERAPEUTIK 1. Teknik-teknik dan Prosedur-prosedur Utama TRE Teknik TRE yang esensial adalah mengajar secara aktif-direktif. Segera setelah terapi dimulai, terapis memainkan peran sebagai pengajar yang aktif untuk mereeduksi klien. Terapis menunjukkan penyebab ketidak logisan gangguan yang dialami klien dan verbalisasi diri yang telah mengekalkan gangguan dalam hidup klien. Dalam memelihara semangat didaktik, penggunaan aktivitas “melaksanakan pekerjaan rumah” telah dimasukkan sebagai bagian yang integral dari praktek TRE (Ellis, 1973a, hlm. 192-195; 1974, hlm. 322-325). Teori yang menopang pelaksanaan pekerjaan rumah dalam TRE adalah bahwa karena orang-orang biasa mengatakan kepada diri sendiri kalimat irasional yang menciptakan gangguan emosional, maka mereka mengkondisikan diri dengan proses berpikir dan pembayangannya sendiri. Menurut Ellis, para klien telah mempraktekkan verbalisasi diri yang menimbulkan gangguan emosional dan tingkah laku, dan pelaksanaan pekerjaan rumah mendorong mereka untuk mempraktekkan pengondisian balik dengan seperangkat keyakinan yang rasional. 2. Penerapan pada Terapi Individual Ellis (1973a, hlm. 193) menyatakan bahwa orang yang mengalami gangguan emosional yang berat sebaiknya menjalani terapi idividual maupun kelompok dalam periode tujuh bulan sampai satu tahun agar memiliki kesempatan untuk mempraktekkan apa yang sedang mereka pelajari. Pada dasarnya, pertemuan ini terdiri atas pemberian penerangan mengenai metode A-B-C untuk memahami gangguan emosional, penunjukan dalil-dalil yang irasional yang mendasari masalah, dan pengajaran tentang bagaimana mulai bekerja dan melakukan penukaran gagasan yang irasional dengan yang rasional. 3. Penerapan pada Terapi Kelompok Dalam setting kelompok, para anggota juga memiliki kesempatan untuk menjalani latihan asertif, permainan peran dan berbagai kegiatan pengambilan resiko lainnya. Pada tahap permulaan, prosedur emotif-evokatif tidak digunakan, dan tidak pula diusahakan pemecahan masalah dan pembuatan putusan. Pada tahap selanjutnya, masalah pribadi yang terdalam dari para anggota dieksplorasi dengan prosedur kognitif.

HUBUNGAN KELUARGA DG KESEHATAN MENTAL

HUBUNGAN KELUARGA DG KESEHATAN MENTAL PENGERTIAN KELUARGA “Kelompok keluarga apapun berhubungan satu dengan lain secara biologis, emosi, atau hukum.” (Pequegnat & Bray, 1997) TUJUAN MEMPELAJARI KELUARGA 1.Keluarga merupakan unit hubungan yang paling dasar dan merupakan lingkungan sosial yang erat dalam masyarakat. 2. Keluarga merupakan sumber utama dalam kepercayaan kesehatan, tingkah laku yang berhubungan dengan kesehatan, stress, dan penyokong emosi. 3.Keluarga mempunyai pengaruh utama dalam kesehatan fisik dan mental tiap anggota keluarga (Doherty & Champbell, 1998) 4. Mengerti bagaimana pengaruh kesehatan dalam keluarga akan membantu dokter dalam bekerja lebih efektif terhadap pasien dan keluarga. 5. Spesialis kedokteran keluarga adalah pekerjaan yang unik dengan penekanan pada perawatan kesehatan di atas siklus kehidupan Keluarga dengan kepaduan tinggi vs kepaduan rendah 1. Kepaduan tinggi=”pengekangan”=overproteksi,terlalu keras, pencegahan konflik 2. Kepaduan rendah=”tidak terikat”=tidak ada perbedaan dalam hal yang berkaitan dengan orang tua, tanpa sosok ayah, kondisi hidup yang buruk, konflik keluarga yang terus-menerus Tekanan stres dan Kesehatan Keluarga A. Skala Kejadian Hidup (Holmes & Rahe, 1967) 1. 10 dari 15 kejadian yang paling membuat stres adalah kejadian keluarg 2. Studi prospektif dan retrospectif yang memakai skala ini menunjukkan bahwa dalam peningkatan kejadian stres dalam hidup mendahului perkembangan perluasan jangkauan dari penyakit-penyakit yang berbeda. 3. Penelitian dalam bidang psikoimunologi terlihat bahwa stres dapat menurunkan imunitas dan membuat individu lebih mudah terkena penyakit- penyakit yang berbeda, termasuk infeksi Pengaruh perceraian yang kuat terhadap keluarga 1. Pengaruh kuat yang utama dalam kesehatan dan keadaan yang baik dari semua anggota keluarga 2. Pengaruh hubungan orang tua-anak, latihan mengasuh dan keefektifan, konflik keluarga, pendapatan keluarga dan tempat tinggal, memperpanjang hubungan keluarga, dan hubungan sebaya dan sosial. 3. Kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa dinikahi dihubungkan dengan penghasilan yang lebih baik, menyeluruh, dan masalah kesehatan yang lebih sedikit dibandingkan diceraikan atau sendiri (Somers, 1979) a. Bagaimanapun juga, anak-anak mungkin lebih stabil, tempat tinggal perceraian lebih baik daripada dalam keadaan tidak bahagia, konflik yang tinggi, rumah yang utuh (Hetherington, et al., 1978 e. Berdasarkan “periode pertimbangan yang mendalam” sebelum berpisah, dokter dapat mempromosikan metode kesehatan menghadapi stres, mengajarkan orang tua bagaimana berhubungan dengan anak-anak mereka yang memaksimalkan yang dihadapi, dan menyesuaikan penyerahan untuk bimbingan jika diperlukan. f. Penilaian awal, campur tangan, dan, jika dibutuhkan, penyerahan bimbingan dapat mencegah kesulitan dalam perpisahan perkawinan dan perceraian. Reaksi orang dewasa terhadap perceraian 1. Tahun pertama setelah perceraian mempunyai tingkat stres yang tinggi. 2. Para laki-laki dan para wanita sering melaporkan penurunan harga diri,kehilangan kontrol,kesendirian,dan keterisolasian. 3. Sering mengunjungi dokter berkaitan dengan pemenuhan kelelahan, gejala somatis lainnya dan gejala depresi Gangguan kesehatan adalah peramal sosiodemografi tunggal paling kuat pada penyakit fisik yang berkaitan dengan stres. 1) Individu yang terpisah memiliki lebih dari 30% penyakit-penyakit akut 2) Laki-laki yang bercerai meningkatkan rata-rata bunuh diri dan menjadi korban kekerasan. 3) Fungsi imunitas berkurang (Kiecolt-Glaser, et al., 1987 Pengaruh perceraian pada anak-anak Pengaruh yang bermacam-macam tergantung oleh jumlah faktor termasuk: 1) Jenis kelamin anak-anak, umur anak- anak, jangka waktu sejak perceraian,hubungan keluarga setelah perceraian,dan faktor-faktor sosioekonomi (Bray, et al.,1999) 2) Biasanya lebih sulit untuk anak-anak laki-laki daripada anak-anak perempuan yang dapat berlangsung selama 4-7 tahun setelah perceraian, terutama jika penjagaan ibu yang tinggal sendiri. 3). Anak-anak di bawah 3 tahun mengalami kemunduran dalam tingkah laku (ngompol),umur 4-6 tahun mengalami kemunduran, menjadi anak yang merengek dan nempel terus dengan orang tuanya, umur 6- 10 tahun sedih dan kecewa dan merasa bertanggung jawab terhadap perceraian dan mempunyai khayalan-khayalan, umur 12-18 bereaksi dengan cara marah, kebencian, dan permusuhan dan biasanya tidak menyalahkan diri sendiri dalam hal perceraian. 4) Membutuhkan 2 tahun untuk penyesuaian dan kestabilan untuk kembali