Minggu, 03 Juni 2012

TERAPI KONSELING REALITAS

TERAPI REALITAS 1 PENGANTAR Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengonfrontasikan klien dengan cara yang bisa membantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Glasser mengembangkan terapi realitas dari keyakinannya bahwa psikiatri konvensional sebagaian besar berlandaskan asumsi yang keliru. 2 KONSEP-KONSEP UTAMA 1. Pandangan tentang Sifat Manusia Menurut terapi realitas, akan sangat berguna apabila menganggap identitas dalam pengertian “identitas keberhasilan” lawan “identitas kegagalan”. Menurut Glasser (1965, hlm. 9), basis dari terapi realitas adalah membantu para klien dalam memenuhu kebutuhan dasar psikologisnya, yang mencakup “kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain”. 2. Ciri-ciri Terapi Realitas Ada delapan ciri yang menentukan terapi realitas sebagai berikut. 1. Terapi realitas menolak konsep tentang penyakit mental. 2. Terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada perasaan-perasaan dan sikap-sikap. 3. Terapi realitas berfokus kepada saat sekarang, bukan pada masa lampau. 4. Terapi realitas menekankan pertimbangan nilai. 5. Terapi realitas tidak menekankan transferensi. 6. Terapi realitas menekankan aspek kesadaran, bukan aspek ketidaksadaran. 7. Terapi realitas menghapus hukuman. 8. Terapi realitas menekankan tanggung jawab 3 PROSES TERAPEUTIK 1. Tujuan-tujuan Terapeutik Glasser dan Zunin (1973) menekankan bahwa kriteria psikoterapi yang berhasil sangat bergantung pada tujuan yang ditentukan klien. Kriteria pencapaian tingkah laku yang bertanggung jawab dan pemenuhan tujuan klien menunjukkan bahwa klien mampu melaksanakan rencana secara mandiri dan tidak perlu treatment. 2. Fungsi dan Peran Terapis Terapis diharapkan memberikan pujian apabila para klien bertindak dengan cara yang bertanggung jawab dan menunjukkan ketidak setujuan apabila mereka tidak bertindak demikian. Fungsi penting lainnya adalah memasang batas, mencakup batas dalam situasi terapeutik dan batas yang ditempatkan oleh kehidupan seseorang. 3. Pengalaman Konseli dalam Terapi Klien dalam terapi realitas bukan orang yang telah belajar menjalani hidup secara bertanggung jawab, melainkan termasuk orang yang tidak bertanggung jawab. Setelah para klien membuat penilaian tertentu tentang tingkah lakuknya sendiri serta memutuskan bahwa mereka ingin berubah, mereka diharapkan membuat rencana yang spesifik guna mengubah tingkah laku yang gagal menjadi tingkah laku yang berhasil. 4. Hubungan antara Terapis dan Klien Menurut Glasser (1965,1969) serta Glasser dan zunin (1973) antara lain: 1. Terapi realitas berlandaskan hubungan atau keterlibatan pribadi antara terapis dan klien. 2. Perencanaan adalah hal yang esensial dalam terapi realitas. 3. Komitmen adalah kunci utama terapi realitas. 4. Terapi realitas tidak menerima dalih 4 PENERAPAN: TEKNIK-TEKNIK DAN PROSEDUR-PROSEDUR TERAPEUTIK 1. Teknik-teknik dan Prosedur-prosedur Utama Terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut: 1. Terlibat dalam permainan peran dengan klien; 2. Humoris; 3. Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun; 4. Membantu klien dalam merumuskan rencana yang spesifik bagi tindakan; 5. Bertindak sebagai model atau guru; 6. Memasang batas dan menyusun situasi terapi; 7. Menggunakan “terapi kejutan verbal”; 8. Melibatkan diri dengan klien dalam upaya mencari kehidupan yang lebih efektif; Penerapan pada Situasi-situasi Konseling Glasser dan zunin (1973, hlm. 307) bahwa teknik terapi realitas bisa diterapkan pada lingkup masalah behavioral dan emosional yang luas. Terapi realitas cocok untuk digunakan dalam terapi individual, kelompok, dan konseling perkawinan. Penerapan di Sekolah Glasser (1969) bahwa pendidikan bisa menjadi kunci pergaulan manusia yang efektif. Ia mengemukakan sebuah program untuk menghapus kegagalan, menitik beratkan pemikiran ketimbang kerja mengingat, memperkenalkan relevansi ke dalam kurikulum, mengganti hukuman dengan disiplin, menciptakan suatu lingkungan belajar dimana anak-anak bisa memaksimalkan pengalaman yang berhasil yang akan menuju pada identitas keberhasilan, menciptakan motivasi dan keterlibatan, membantu para siswa dalam mengembangkan tingkah laku yang bertanggung jawab dan membentuk cara untuk melibatkan orang tua dan masyarakat dengan sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar