Minggu, 03 Juni 2012

TERAPI RASIONAL – EMOTIF

TERAPI RASIONAL – EMOTIF 1 PENGANTAR Terapi rasional-emotif (TRE) dikembangkan oleh Albert Ellis, TRE terpisah secara radikal dari beberapa sistem lain yang disajikan yakni, pendekatan psikoanalitik, eksistensial-humanistik, client centered dan Gestalt. TRE banyak kesamaannya dengan terapi-terapi yang berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan dalam arti menitik beratkan berpikir, menilai, memutuskan, menganalisis dan bertindak. TRE sangat didaktik dan sangat direktif serta lebih banyak berurusan dengan dimensi pikiran daripada dimensi perasaan. 2 KONSEP-KONSEP UTAMA 1. Pandangan tentang Sifat Manusia TRE adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. TRE menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan pribadi dan masyarakatnya. TRE menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara simultan. Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifuik. 2. TRE dan Teori Kepribadian TRE menekankan bahwa menyalahkan adalah inti sebagaian besar gangguan emosional. Oleh karena itu, jika kita ingin menyembuhkan orang yang neurotik atau psikotik, kita harus menghentikan penyalahan diri dan penyalahan terhadap orang lain yang ada pada orang tersebut. Ellis (1967, hlm.48), berpendapat sebagai berikut: 1. Gagasan bahwa sangat perlu bagi orang dewasa untuk dicintai atau disetujui oleh setiap orang yang berarti di masyarakatnya. 2. Gagasan bahwa seseorang harus benar-benar kompeten, layak dan berprestasi dalam segala hal jika seseorang itu menginginkan dirinya dihormati. 3. Gagasan bahwa orang-orang tertentu buruk, keji atau jahat dan harus dikutuk dan dihukum atas kejahatannya. 4. Gagasan bahwa lebih mudah menghindari daripada menghadapi kesulitan hidup dan tanggung jawab pribadi. 5. Gagasan bahwa merupakan bencana yang mengerikan apabila hal-hal menjadi tidak seperti yang diharapkan. 6. Gagasan bahwa ketidakbahagiaan manusia terjadi oleh penyebab-penyebab dari luar dan bahwa orang-orang hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan ksusahan dan gangguannya. 7. Gagasan bahwa masa lampau adalah diteminan yang terpenting dari tingkah laku seseorang sekarang dan bahwa karena dulu sesuatu pernah mempengaruhi kehidupan seseorang maka sesuatu itu sekarang memiliki efek yang sama. 3. Teori A-B-C tentang Kepribadian Teori A-B-C tentang Kepribadian sangat penting bagi teori dan praktek TRE. A adalah keberadaan suatu fakta, peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang. C adalah konsekuensi atau reaksi emosional seseorang, reaksi ini bisa layak dan bisa pula tidak layak. A (peristiwa yang mengaktifkan) bukan penyebab timbulnya C (konsekuensi emosional). Alih-alih B yaitu keyakinan individu tentang A yang menjadi penyebab C yakni reaksi emosional. Setelah A-B-C menyusul D membahas bahwa pada dasarnya D adalah penerapan metode ilmiah untuk membantu para konseling menantang keyakinan yang irasional yang telah mengakibatkan gangguan emosi dan tingkah laku. Karena prinsip-prinsip logika bisa diajarkan, prinsip-prinsip ini bisa digunakan untuk menghancurkan hipotesis yang tidak realistis dan tidak bisa diuji kebenarannya. Metode logikoempris ini bisa membantu para konseling menyingkirkan ideologi yang merusak diri. 3 PROSES TERAPEUTIK 1. Tujuan-Tujuan Terapeutik Proses terapeutik terdiri atas penyembuhan irasionalitas dengan rasionalitas karena individu pada dasarnya adalah makhluk rasional dan karena sumber kebahagiaannya adalah irasionalitas maka individu bisa mencapai kebahagiaan dengan belajar berpikir rasional. Proses terapi karenannya sebagaian besar adalah proses belajar mengajar. 2. Fungsi dan Peran Terapis Terapis menunjukkan kepada klien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinan irasionalnya menunjukkan bagaimana klien mengembangkan nilai dan sikapnya dan menunjukkan secara kognitif bahwa klient telah memasukkan banyak “keharusan”,”sebaiknya” dan “semestinya” Ellis (1973a, hlm. 185) memberikan suatu gambaran tentang apa yang dilakukan oleh praktek TRE: (1)mengajak klien berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku, (2) menantang klien untuk menguji gagasannya, (3)menunjukkan kepada klien ketidaklogisan pemikirannya (4)menggunakan analisis logika untuk meminimalkan keyakinan irasional klien (5)menunjukkan bahwa keyakinan itu tidak ada gunanya dan bagaimana keyakinan akan menimbulkan gangguan emosional dan tingkah laku di masa depan (6)menggunakan absurditas dan humor untuk menghadapi irasionalitas pikiran klien (7)menerangkan gagasan irasional dapat diganti rasional yang memiliki landasan empiris (8)mengajari klien bagaimana menggunakan pendekatan ilmiah pada cara berpikir sehingga klien bisa mengamati dan meminimalkan gagasan yang irasional dan kesimpulan yang tidak logis sekarang maupun masa datang yang telah mengekalkan cara-cara merasa dan berprilaku yang merusak diri 3. Pengalaman Konseli dalam Terapi Umumnya peran klien dalam TRE mirip seorang siswa atau pelajar. Psikoterapi dipandang sebagai proses reedukatif dimana klien belajar menerapkan pikiran logis pada pemecahan masalah Proses Terapeutik difokuskan pada pengalaman klien pada saat sekarang. Pengalaman utama klien dalam TRE adalah mencapai pemahaman. TRE mengungkapkan tiga taraf pemahaman.Taraf pertama, klien menjadi sadar bahwa ada antesenden tertentu yang menyebabkan dia takut, pada Taraf pemahaman kedua,klien mengakui, mempercayai dan mengulang-ngulang, keyakinan irasional yang telah diterimanya. Taraf pemahaman ketiga terdiri atas penerimaan klien bahwa dia tidak akan membaik, juga tidak akan berubah secara berarti kecuali jika dia berusaha sungguh-sungguh dan berbuat untuk mengubah keyakinan irasionalnya dengan benar, melakukan hal yang bersifat kontropropaganda. 4. Hubungan antara Terapis dan Konseli Menurut Ellis (1973a, hlm. 196), para pempraktek rasional-emotif cenderung tampil informal dan menjadi dirinya sendiri. Mereka sangat aktif dan direktif serta sering memberikan pandangannya sendiri tanpa ragu. TRE menekankan toleransi penuh dan penghormatan positif tanpa syarat dari terapis terhadap kepribadian klien dalam arti terapis menghindari sikap menyalahkan klien. Terapis secara sinambung menerima klien sebagai manusia yang pantas dihormati, karena keberadaannya, dan bukan karena apa yang dicapainya. 4 PENERAPAN: TEKNIK-TEKNIK DAN PROSEDUR-PROSEDUR TERAPEUTIK 1. Teknik-teknik dan Prosedur-prosedur Utama TRE Teknik TRE yang esensial adalah mengajar secara aktif-direktif. Segera setelah terapi dimulai, terapis memainkan peran sebagai pengajar yang aktif untuk mereeduksi klien. Terapis menunjukkan penyebab ketidak logisan gangguan yang dialami klien dan verbalisasi diri yang telah mengekalkan gangguan dalam hidup klien. Dalam memelihara semangat didaktik, penggunaan aktivitas “melaksanakan pekerjaan rumah” telah dimasukkan sebagai bagian yang integral dari praktek TRE (Ellis, 1973a, hlm. 192-195; 1974, hlm. 322-325). Teori yang menopang pelaksanaan pekerjaan rumah dalam TRE adalah bahwa karena orang-orang biasa mengatakan kepada diri sendiri kalimat irasional yang menciptakan gangguan emosional, maka mereka mengkondisikan diri dengan proses berpikir dan pembayangannya sendiri. Menurut Ellis, para klien telah mempraktekkan verbalisasi diri yang menimbulkan gangguan emosional dan tingkah laku, dan pelaksanaan pekerjaan rumah mendorong mereka untuk mempraktekkan pengondisian balik dengan seperangkat keyakinan yang rasional. 2. Penerapan pada Terapi Individual Ellis (1973a, hlm. 193) menyatakan bahwa orang yang mengalami gangguan emosional yang berat sebaiknya menjalani terapi idividual maupun kelompok dalam periode tujuh bulan sampai satu tahun agar memiliki kesempatan untuk mempraktekkan apa yang sedang mereka pelajari. Pada dasarnya, pertemuan ini terdiri atas pemberian penerangan mengenai metode A-B-C untuk memahami gangguan emosional, penunjukan dalil-dalil yang irasional yang mendasari masalah, dan pengajaran tentang bagaimana mulai bekerja dan melakukan penukaran gagasan yang irasional dengan yang rasional. 3. Penerapan pada Terapi Kelompok Dalam setting kelompok, para anggota juga memiliki kesempatan untuk menjalani latihan asertif, permainan peran dan berbagai kegiatan pengambilan resiko lainnya. Pada tahap permulaan, prosedur emotif-evokatif tidak digunakan, dan tidak pula diusahakan pemecahan masalah dan pembuatan putusan. Pada tahap selanjutnya, masalah pribadi yang terdalam dari para anggota dieksplorasi dengan prosedur kognitif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar